Dapat lemparan tag dari Senaz…..
Jilbab….
Tentunya yang dimaksud disini adalah jilbab yang di Indonesia digunakan sebagai istilah untuk menyebut khimar (kerudung) ya…. Kenapa aku baru mengenakannya? Sebuah cerita yang panjang…
Semasa kecil, aku jarang sekali melihat wanita yang memakai jilbab ini di lingkungan tempat aku dulu tinggal. Ada sih ibu-ibu, tapi jenis kerudung yang panjang, penutup kepala yang tipis menerawang. Yang dipakai sebagai padanan kebaya atau dipakai saat sedang takziah ke rumah orang yang meninggal, atau saat yasinan. Hampir tak pernah aku menemukan selain dari yang itu (aku lupa apakah ada perempuan berjilbab di seputar Balikpapan di rentang waktu tahun 1980 – 1986). Guru agama pun hanya menutup kepalanya dengan kain kecil dengan rambut yang masih terlihat. Jika ada diantara yang membaca tulisan ini pernah tinggal di Balikpapan di masa itu, mohon aku dikoreksi.
Ketika aku masuk SMP, tahun 1986, mulai menemukan beberapa (tapi rasanya bukan di sekolahan), di jalanan. Melihat orang-orang itu, aku biasa-biasa saja. Tak pernah terlintas untuk berpakaian seperti itu. Kepala ditutup dengan kain segiempat yang dilipat dua menjadi segitiga.
Seingatku (mohon maaf jika ingatanku salah, karena terbatasnya kemampuanku dalam mengingat) aku tidak pernah dianjurkan menutup kepala seperti itu, oleh siapapun, baik orang tua (semoga Allah mengampuni mereka, karena aku yakin mereka tidak menyuruhku bukan karena tidak perduli tapi memang tidak paham tentang perintah itu, bagi mereka yang utama adalah shalat 5 waktu dan mengaji al-Qur’an), saudara, teman maupun guru di sekolah. Menutup aurat hanya diperintahkan saat kita shalat.
Aku mulai melihat lebih banyak orang berjilbab ketika masuk ke SMA. Yang paling kuingat adalah seorang guru Geografi yang cantik menawan, aduh…. tapi aku lupa namanya. Cantik sekali dengan jilbabnya.
Kemudian ketika naik kelas 3, yang kudengar sekilas berita bahwa jilbab sudah mulai diperbolehkan dipakai ke sekolah. Ada beberapa teman yang mulai berjilbab. Tapi aku, terlalu sibuk dengan kegiatan Pencinta Alam, karate, vocal grup dan hanging out bersama teman-teman se-geng. Pikiranku waktu itu, tak mungkin lah aku mengenakan itu. Kegiatan rohis di sekolah pernah ikut, tapi tidak serius. Benar kalau ada yang mengatakan bahwa hati nurani memang tak pernah berbohong. Dalam hati kecilku, ternyata aku ingin juga bisa berjilbab. Tapi… demi melihat ada diantara teman-teman yang berjilbab masih ”pecicilan” (duh, maaf yah), berjalan bersama dengan teman prianya, aku berusaha mengingkari bisikan hati nurani itu. Maka aku tetap dengan penampilanku.
Saat kuliah semakin banyak kujumpai orang berjilbab, tapi belum menyentuh alam pikiranku. Aku aktif mengikuti kegiatan keagamaan di kampus, tapi tidak juga tergerak untuk menutup aurat, dengan alasan yang sama, banyak kujumpai teman-teman yang berjilbab tapi masih berpacaran. Selain itu aku sibuk dengan ’keduniaanku’. Aku sedang senang-senangnya main band. Pikirku, ’Masa iya seorang wanita berjilbab, ditonton orang saat memegang gitar memainkan lagunya fire house atau dewa 19’. Tidak pas saja. Dan kali itu, ’keduniaanku’ mengalahkan bisikan nuraniku. Astaghfirullahal adzim….. Aku bersyukur Allah tidak mematikanku saat itu…
Masuk dalam dunia kerja, aku mulai memperbanyak membaca buku-buku yang berbau Islam, dan membaca dengan mataku sendiri adanya perintah menutup aurat itu dalam al-Qur’an. Aku juga berteman agak dekat dengan salah satu teman di kantor yang berjilbab. Dia tak pernah menyuruh aku berjilbab, karenanya aku nyaman berteman dengannya. Aku juga tetap berhubungan dengan salah satu teman kuliah yang lebih dulu berjilbab, dan juga tak pernah menyuruh aku berjilbab. Dari dua temanku itu, meskipun mereka tak pernah secara eksplisit memintaku berjilbab, aku tahu mereka mendo’akan agar aku segera menutup aurat. Terima kasih ya……
Tahukah kau kawan (Andrea Hirata Banget ya…), saat bekerja itulah hatiku mulai benar-benar condong ingin segera menutup aurat. But HOW? Tak mungkin Nina yang kalau kerja dengan celana yang tampak seperti kekecilan tiba-tiba muncul dengan jilbab. I should do it softly. Aku mulai mengumpulkan baju-baju lengan panjang.
Ketahuilah…. hal yang paling sulit dalam berjilbab itu adalah MEMULAINYA……. Banyak sekali halangan yang aku timbulkan sendiri… Malu lah, gak enak lah, nanti dibilangin tumben lah, nanti dibilangin ikut-ikutan lah, macam-macam….
Dan….. masih ingatkah jalinan cerita indah yang sempat kusinggung pada tulisanku terdahulu ”Menyesalkah Kau?”…..
Ketika di perusahaan terjadi aliansi, kemudian aku dan suami berhenti bekerja dan pindah ke Lombok?
Indah sekali Allah mengatur kisah hidupku. Di balik peristiwa yang bagi sebagian besar merupakan musibah itu ternyata memberi hikmah yang luar biasa bagi diriku. Di Lombok lah kutemukan cahaya itu….
Di Lombok lah kutemukan cara untuk menutup aurat itu…
Tak perlu merasa risih, tak enak, dsb. Pemakaian jilbabnya pun bertahap, dari yang seleher, sepundak, sepunggung sampai sepinggang. Dari yang bercelana panjang, berkulot sampai memakai rok.
Jadi teringat masa lalu, ketika di Balikpapan bertemu dengan wanita yang berjilbab rapi, tertutup rapat dari ujung rambut sampai ke kaki. Pikirku waktu itu, ”Ah ribet amat, apa gak panas ya perempuan itu?”
Ternyata, setelah kurasakan sendiri, tak pernah ada rasa panas (kecuali cuaca memang sedang panas), tak pernah kegerahan, malah sejuk rasanya.
Ada juga efek baik dari berjilbab ini. Jika hari panas, tak perlu takut tubuh dan rambut terkena siraman matahari secara langsung. Jika hari dingin, tidak terlalu merasa dingin. Dan itu baru kebaikan dunia, kebaikan akhirat telah menanti kita, insya Allah….
Tak terlalu penting kapan kita mulai menutup aurat, keikhlasan dan keistiqomahan lebih penting dari itu. Do’akan semoga aku memiliki dua hal penting itu.
Jadi, kalau ditanya kenapa? Karena aku ingin menjalankan agama Islam secara kaaffah dan tentunya karena do’a orang-orang yang mencintaiku karena Allah.
Dan…… kalau berkenan, tag ini kuteruskan ya ke Rien
Hehe, rata-rata memang alasan untuk ‘menunda’ berjilbab seperti itu ya? banyak banget alasannya :))
Subhanallah…
Indahnya kisah perjalanan mbak Nin dalam mengusahakan kewajiban sebagai seorang muslimah. Semoga Allah SWT menguatkan iman dan hati mbak serta tulisan ini dapat menjadi perantaraan hidayah bagi suadara2 muslimah kita yg belum memulainya…amin.
Keep writing like this ukhti 🙂
wah, berwarna banget yah kisahnya.. semoga tetep istikomah dan juga semoga si mba Rien itu bisa meneruskan jejak mba nin.. amin..
Karate, Pencita Alam, Vokal Group, Band …
Hmmm … ibu Nina ini boleh juga nih …
(Band dan VG itu dua kegiatan utamaku jama sekolah …)(hehehe)
Mmm BTW … kalo seingat ku …
Aku mulai melihat teman-teman berjilbab ketika saya kuliah di Bogor …
1982 – 1987
Dan ibu betul … Ikhlas dan Istiqomah itu penting sekali.
Makasih Bu …
saya juga banyak kenal wanita yang mulai berjilbab baru setelah masuk kerja, malahan setelah cukup berumur, sekitar umur 40-an.. yah gak apa-apa lah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan?
walaupun saya non-muslim, saya mendukung wanita muslim untuk berjilbab karena itu perintah agama Islam, gak perlu merasa malu atau takut ditertawakan dan ditinggalkan teman, dicap tidak modis dll, karena saya lihat banyak koq wanita berjilbab yang tetap tampil modis dan kelihatan cantik sekali..
menutup aurat itu wajib hukumnya..
untuk perjalanan mbak Nin hingga kemudian memutuskan berjilbab, (sama seperti yg lain), salut dan whewwww!!…. 😀
****
“Indah sekali Allah mengatur kisah hidupku. Di balik peristiwa yang bagi sebagian besar merupakan musibah itu ternyata memberi hikmah yang luar biasa bagi diriku. Di Lombok lah kutemukan cahaya itu….”
tapi dewi mo belajar dari pengalaman mbak Nin yang tertulis di kalimat di atas ini 🙂
percaya bahwa semua rencana-Nya indah dan mengimani selalu ada hikmah luar biasa di balik peristiwa, meskipun itu sebuah musibah 🙂
ASLI, kalau ngliat jilbab itu adem………………banget….
Semoga kita termasuk hambaNYA yang pandai mensyukuri nikmatNYA
termasuk hidayah keteguhan berjilbab
Alhamduliliah, Masya’Allah … Love you 🙂
harapannya semoga bunda diberi istiqomah yang dalam untuk tetap selalu mengenakan jilbab ya
Alhamdulillah
cerita yang berakhir manis
bismillah masyaAllah. top degh mbak nin ini
gak nyangka juga.. ternyata dulunya anak karate ..huuu tatuuut.
dan anak band pula. 😛
asl.
aku juga inget waktu masih ingusan, ibu guru agamaku juga nggak pake jilbab, cuman pake selendang….tap mendinglah, tp kalo nggak salah jaman gadis ibuku di taon 50-an, anak2 PGA itu udah pake jilbab tp dililit kan ke leher…tp ya itu sekedar formal di sekolahan dan asrama PGA doang…
ALhamdulillah dg era reformasi ini..semuanya bebas, sebebasnya. termasuk maksiat sekalipun
salam kenal
Salam dahsyat buk…. ASSALAMU ‘ALAIKUM WR.WB
Ngomong2 soal jilbab
Berjilbab dengan benar-benar / benar-benar berjilbab
bkunjung yuk http://www.ajo39.wordpress.com
mohon izin di link yah….
Pake jilbab kelihatan lebih alim
mba nin..mkasih dah di buat tag nya..ternyata mba nin wanita yg sangat aktif ya dulu..kebayang deh ada cewe jilbaban maen gitar..malah keren lagi mba..asal jgn pencicilan ajah..hehehe
eniwei, aku inget komentar dari temenku “ah, kl dia kan emang ga cocok berjilbab krn orgnya aktif bgt.”..
huaaa..saat itu aku cm berkata dlm hati “kasian bgt dong ya, kl gitu cewe2 berjilbab slm ini dianggap bukan wanita2 aktif”..
duh, padahal sih kl mnurutku we’re stronger and active than anyone think(ofcourse with our own way)..
wah, deen jadi inget waktu ptama kali make jilbab juga.. waktu itu sih karena nazar gtu..Itupun, makenya awut2an..sekedar nutup aja :D. Jadi malu klo inget masa2 awal make’ ;))
buat nambahin . sblm taun 80 dibppn udah ada yg berhijab dgn benar .biasanya orang awam bilang mereka muhammdiyah atau anfa ke psr baru ketika orang orang hidayatullah bebrbelanja saat itu .hijabnya malah lebih syariii.jadi ingat waktu ngebela temen disma yg pake jilbab taun 82 n 85 di sma dulu jadi kenangan perjuangan walau sampe dibawa ke kodim segala hehheheh .semoga anda istiqomah dalam dien ini amin
Salam kenal lagi….terima kasih sudah mampir ke blog saya. Cerita tentang jilbab jadi inget waktu saya pertama kali pake….seru ya…tapi jadi kenangan indah yang tak terlupakan. Semoga hidayah yang Allah berikan kepada kita akan terus dan terus….sampai akhir hayat kita…amin.
Salam,
Listiana Advokat
me sukak baca your blog.. salam dari seberang..
Kakak,
tentang aku berjilbab artikelnya keren banget..
Qhuw agy kebingungan kak..
Qhuw masih baru SMA kelas 1,
aku juga baru berjilbab waktu menginjak SMA ini..
Tapi kadang-kadang ada perasaan nyesel kak..
apa lagi skulaQhuw pan buath band baru,
lha aku terpilih menjadi seorang drummer..
Qhuw bingung kak,
iah sama yang kayak kakak bilang,
macak megang gitar tapi berjilbab..
nah ntu juga yang ku alami..
binund..
enaghnya gimana??..
hiks..hiks..
Ewah ewah… pepandai jer dia karang… tah betul tah tidak…
hehe gurau jer … best cerita nie .. thanks.